Esay Sekolah Penggerak
1. Motivasi Menjadi Kepala Sekolah Penggerak
Kelebihan: Sudah terbiasa dalam hal peningkatan kompetensi, baik di sekolah maupun di komunitas pembelajar
Hal tersulit : Menjaga tetap semangat menjadi kepala sekolah
2. Tindakan/keputusan strategis apa yang Anda ambil dalam kurun waktu 1 tahun terakhir yang berdampak siginifikan pada sekolah yang Anda pimpin?
a. Digitalisasi sekolah. Hal ini saya lakukan karena di era revolusi industri 4.0 hal ini menjadi suatu keharusan. Kemdikbud sudah menyatakan bahwa ketika nanti pandemi ini sudah berkahir pembelajaran campuran (blended learning) akan terus dilakukan. Pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh akan terus berlangsung. Maka digitalisasi sekolah harus dimulai dari sekarang.
b. Program itu harus dimusyawarahkan kepada semua pemangku
kepentingan, baik guru, pegawai, orang tua dan pengurus komite.
Mereka harus tahu terlebih dahulu pentingnya digitalisasi sekolah.
Setelah diperoleh kata sepakat maka digitalisasi sekolah ini baru
dijalanakan. Kita mulai dengan penyusunan anggaran, yaitu RAB
(Rencana Anggaran Biaya) melaui BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
Selanjutnya kita eksekusi.
c. Kendala atau hambatan yang kami hadapi adalah masalah biaya dan
tenaga atau SDM (Sumber Daya Manusia). Biaya bisa kita atasi melaui
BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Sedangkan SDM, yaitu
pemasangan jaringan, instalasi perangkat lunak. Guru-guru yang
mempunyai kemampuan di bidang TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) saya minta untuk belajar seluk beluk digitalisasi sekolah.
d. Digitalisasi sekolah berhasil saya canangkan. Sekolah yang saya
pimpin adalah sekolah satu-satunya menyelenggarakan USBK (Ujian
Sekolah Berbasis Komputer) pada tahun 2020 di kabupaten lombok
utara. Pada tahun 2021 berkembang menjadi berbasis gawai
(komputer dan android). Selanjutanya dikembangkan LMS (Learing
Management System) dengan platform moodle di server agar siswa
dapat mengakses bahan ajar digital melalaui gawai masing-masing
dan melakukan ulangan melalui gawai, tidak berbasis kertas lagi.
3. Ceritakan pengalaman Anda saat melakukan perubahan signifikan di sekolah yang
Anda pimpin
a. Situasi apa yang Anda hadapi saat itu? Kapan kejadiannya? Perubahan
signifikan apa yang ingin Anda lakukan saat itu? Apa yang mendorong Anda
melakukan perubahan signifikan tersebut? (minimal 100 kata)? Situasi saat
itu bahwa sekolah belum terbiasa dengan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran dan evaluasi yang terjadi pada bulan maret 2020 saat
menjelang US (Ujian Sekolah). Perubahan yang signifikan adalah pelaksanaan
Ujian Sekolah Berbasis Komputer (USBK). Hal ini perlu dilakukan dengan
alasan sebagai berikut. 1) Mendorong semua guru, pegawai tata usaha dan
siswa (warga sekolah) terbiasa menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam pembelajaran dan evaluasi. Hal ini dilakukan karena
saat ini adalah era revolusi industri 4.0. Untuk itu semua warga sekolah harus
akrab dengan dunia teknologi. 2) Melakukan penghematan penggunaan
kertas. Ini bergunan untuk mengurangi penebangan pohon yang berdampak
buruk pada lingkungan hidup.
b. Unsur-unsur yang terlibat adalah 1) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum
atau akademik. Beperan dalam merancang sistem ujian, misal jadwala
pelajaran, pembentuka panitia dll. 2) Wakil kepala sekolah bidang sarana dan
pra sarana. Berperan untuk meninjau kekurangan sarana dan pra sarana untuk
kepentingan USBK 3) Pengelola laboratorium komputer. Berperan masalah
jaringan LAN 4) Guru-guru yang mempunyai kemampuan TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) di atas rata-rata. Berperan membantu dalam
pengembangan sistem ujian berbasis komputer
c. Tantangan yang saya hadapi adalah sumber daya manusia (guru dan pegawai
tata usaha) yang masih belum paham pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi
dan Komunikasi) dalam pembelajaran dan evaluasi. Untuk mengatasi itu, saya
selenggarakan diklat (Pendidikan dan latihan) LMS (Learning Management
System) yaitu sistem elektronik untuk pembelajaran dan evaluasi secara
digital. Adapun yang melatih adalah saya sendiri.
d. Di setiap kesempatan baik acara resmi (rapat) dan acara tidak resmi saya
selalu menekankan bahwa saya selalu terbuka menerima ide dan masukan
untuk mengembangkan mutu satuan pendidikan (sekolah). Efeknya luar
biasa. Guru-guru dan pegawai tata usaha menjadi berani mengemukakan ide.
Misalnya ada pengadaan peralatan multimedia. Saya nilai ide itu bagus.
Selanjutnya saya mempelajari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Bolehkah
BOS untuk pengadaan alat multimedia. Ternyata boleh, maka di RKAS
(Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) langsung kami anggarkan. Ada ide
juga dari pegawai tata usaha pembuatan bak penyimpanan air. Ide itu muncul
karena di sekolah saya kesulitan air dari PDAM yang alirannya tidak lancar.
Membuat sumur juga tidak mungkin karena sekolah saya berada di dataran
tinggi. Bak penyimpanan air ini adalah solusinya. Air berasal dari sawah kita
alirkan ke bak penyimpanan air yang kami buat
4. Ceritakan pengalaman Anda sebagai Kepala Sekolah dalam melakukan
pengembangan dan bimbingan terhadap orang lain dalam rangka
mempersiapkannya mengemban peran yang menantang
a. Kejadiannya Januari 2020. Adapun orang yang saya kembangkan adalah
bendahara BOS baru. Mengapa saya mau mengembangkan? Karena saya
mempunyai prinsip Belajar Berbagi Memotivasi dan Menginspirasi yang
sering saya sebut B2M2. Dengan melakukan B2M2 maka saya menjadi
manusia bermanfaat. Kata Nabi orang yang paling baik adalah orang yang
bermanfaat bagi orang lain. Hasil akhir yang saya harapkan adalah bendahara
BOS yang baru mampu melakukan pekerjaan bendahara BOS yaitu 1)
Mencatat pemasukan dan pengeluaran uang BOS 2) membuat BKU (Buku Kas
Umum) 3) Membuat buku pajak 4) Membuat SPJ 5) Membuat laporan BOS 5)
Memahami alur pengerjaan aplikasi RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah).
b. Susunan rencana yang saya buat adalah penentuan orang yang membimbing
dan waktu pelaksanaan bimbingan. Adapun orang yang membimbing adalah
pegawai yang pernah menjadi bendahara BOS sebelumnya. Jadi bukan saya
sendiri yang membimbing namun memberdayakan sumber daya yang ada.
Mengapa bukan saya? Karena saya adalah kepala sekolah baru yang tentu
belum memahami tentang pembukuan BOS. Kalau pun saya sudah lama
menjabat sebagai kepala sekolah, tidak mungkin kepala sekolah memahami
secara teknis pekerjaan bendahara BOS, karena kepala sekolah fungsinya
dalam hal ini adalah manager. Adapun perencanaan waktu adalah tentatif,
bergantung pekerjaan bendahara BOS, misal ketika membuat laporan maka
saya suruh belajar ke pegawai yang pernah menjadi bendahara BOS.
Kesepakatan yang saya bangun adalah dalam satu tahun sudah harus
menguasai pekerjaan bendahara BOS. Kesepakatan dibangun dengan
membangkitkan kesadaran bendahara BOS yang baru tentang pentingnya
belajar, karena ini pekerjaan penting menyangkut keuangan. Dukungan yang
saya berikan adalah dukungan spirit dalam bentuk motivasi.
c. Hambatan yang sering saya temui adalah bendahara BOS baru ini merasa
tidak mampu menjalankan pekerjaannya dan tidak jarang ingin mengundurkan
diri. Ada pun yang saya lakukan adalah memberikan motivasi tentang penting
dan mulianya pekerjaan sebagai bendahara BOS. Bendahara BOS adalah
posisi sentral dan penting. Oleh karena menjadi bendahara BOS itu mulia dan
bila dikerjakan mengharap ridha Allah maka itu menjadi ladang amal ibadah.
Jalani pekerjaan dengan senang hati. Asal tekun belajar maka lama-lama juga
bisa menguasai keahlian pekerjaan sebagai bendahara BOS
d. Mengukur kemajuan dengan cara mengecek kemampuan yang sudah saya
tetapkan semula yang ada di poin 4a, yang secara umum adalah kompetensi
pekerjaan bendahara BOS. Kriterianya tentu sesuai dengan kompetensi yang
saya harapkan yaitu 1) Mampu mencatat pemasukan dan pengeluaran uang
BOS 2) Mampu membuat BKU (Buku Kas Umum) 3) Mampu Membuat buku
pajak 4) Mampu membuat SPJ 5) Mampu membuat laporan BOS 6)
Memahami alur pengerjaan aplikasi RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah).
e. Setelah berjalan satu tahun, 5 kompetensi itu dikuasai dengan baik yaitu 1)
Mampu mencatat pemasukan dan pengeluaran uang BOS 2) Mampu
membuat BKU (Buku Kas Umum) 3) Mampu Membuat buku pajak 4) Mampu
membuat SPJ 5) Mampu membuat laporan BOS 6) Memahami alur
pengerjaan aplikasi RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah).
5. Ceritakan pengalaman Anda meningkatkan kesadaran pentingnya untuk terus
mengembangkan kapabilitas diri
a. Saya belum memahami sepenuhnya tentang ARKAS (Aplikasi Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah). Itu terjadi Februari 2020. ARKAS ini harus
dibuat oleh sekolah yang tentu tanggung jawab utama ada di pundak kepala
sekolah. Sementara saya masih baru menjadi kepala sekolah dan ARKAS ini
juga merupakan aplikasi yang baru. Jadi memahami alur pembuatan RKAS
belum begitu paham terutam pada sekolah yang baru saya pimpin. Begitu
juga aplikasinya masih baru sehingga perlu belajar menyusun RKAS baik
manual maupun pakai aplikasi
b. Tentu mempelajari cara membuat RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah) baik secara manual mapun secara aplikasi (ARKAS). Saya belajar
kepada tim BOS dalam memahami cara membuat RKAS secara manual.
Setelah paham maka saya mempelajari cara membuat RKAS menggunakan
aplikasi. Untuk mempelajari pembuatan RKAS menggunakan aplikasi saya
belajar secara mandiri atau autodidak, karena saya sudah terbiasa belajar
autodidak terutama yang berkaitan dengan aplikasi komputer. Umpan balik
dari warga sekolah tentu banyak sekali. Tim BOS menunjukkan kelebihan dan
kekurangan saya mengenai pemahaman RKAS, terutama tentang item yang
boleh dianggarkan maupun yang tidak boleh dianggarkan
c. Saya punya prinsip, di mana pun kita berada adalah sebagai wahana atau
tempat kita belajar. Posisi kita sebagai guru maka kita harus senantiasa
belajar sebagai guru. Posisi kita sebagai ketua organisasi, di situ tempat
belajar. Posisi kita sebagai kepala sekolah, di situ tempat belajar. Belajar itu
tidak pernah ada ujungnya. Saya mempunyai moto B2M2 (Belajar Berbagi
Memotivasi dan Menginspirasi). Fokus kepada sekolah, saya merasa bahwa
kepala sekolah adalah amanah dan tanggung jawab. Amanah dan tanggung
jawab itu harus dibarengi dengan kesadaran pengembangan diri agar sekolah
tidak salah urus. Harus disadari bahwa menjadi guru dan menjadi kepala
sekolah itu berbeda. Menjadi kepala sekolah jauh lebih berat tanggung
jawabnya yaitu mengelola SDM, sarana prasarana, keuangan, pembelajaran
dan administrasi dan untuk mampu itu semua harus terus mengembangkan
kompetensi diri.
d. Alhamdulillah hasilnya menurut saya amat baik. Saya sudah memahami cara
kerja pembuatan RKAS (Rencana Kegiatan dan ANggaran Sekolah), baik
secara manual maupun secara aplikasi.
6. Ceritakan pengalaman Anda membangun kerjasama dengan pihak di luar sekolah
yang mendatangkan manfaat bagi sekolah
a. Kejadian sekitar Juli 2020. Situasi yang ada pada saat itu adalah sekolah akan
melakukan pembelajaran tatap muka terbatas. Untuk melaksanakan
pembelajaran tatap muka terbatas harus memenuhi protokol kesehatan yang
berkaitan dengan covid-19, karena situasi masih dalam masa pandemi. Untuk
memeriksa kelayakan protokol kesehatan kami kerja sama dengan
PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat)
b. Kendala yang kami alami adalah susahnya sekolah menyelenggarakan
pembelajaran tatap muka karena situasi masih dalam masa pandemi. Namun
kami bermusyawarah dengan dewan guru untuk menyelenggarakan
pembelajaran tatap muka terbatas. Mengapa terbatas? Ini dilakukan agar
sekolah mampun menjaga protokol kesehatan setidaknya memenuhi unsur
3M. Perbedaan pendapat terjadi karena ada kekhawatiran terjadi cluster
sekolah
c. Upaya yang kami lakukan adalah musyawarah dengan dewan guru, koordinasi
dengan komite sekolah, konsultasi dengan dinas pendidikan dan kebudayaan
dan kerja sama dengan PUSKESMAS. Akhirnya diputuskan bahwa
pembelajaran dilakukan dengan tatap muka walau dalam tahap terbatas
dengan menjaga ketat protokol kesehatan yaitu 3M, menjaga jarak, mencuci
tangan, memakai masker. Untuk keamanan dan kelayakan protokol kesehatan
inilah kami kerja sama dengan PUSKESMAS
d. Ada 2 kesepakatan penting yaitu 1) pembelajaran dilakukan dengan tatap
muka terbatas dan 2) kerja sama dengan PUSKESMAS (Pusat Kesehatan
Masyarakat). Tatap muka terbatas artinya tatap muka yang isi kelas dibatasi
hanya maksimal 18 orang siswa dan waktu belajar juga dibatasi hanya 3 jam
sehari yang normalnya 8 jam sehari.
7. 7. Ceritakan pengalaman Anda mengimplementasi rencana program kerja di
sekolah yang Anda pimpin
a. Apa program kerja yang Anda implementasikan saat itu? Bagaimana cara
Anda menyusun rencana program kerja tersebut ke dalam aktivitas kerja yang
lebih spesifik? (minimal 100 kata)? Program kerja yang saya implementasikan
adalah pengadaan alat mulimedia. Rencana program dimulai dengan
menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya). Penyusunan RAB itu saya
serahkan kepada wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana dan dibantu
oleh guru yang punya kemampuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Alat mulitimedia itu diantaranya adalah kamera, lighting system, sound
system, Green screen, Laptop editor grafis dan video, gimbal (stabilizer) dan
lain-lain. Selanjutnya RAB itu dituangkan di RKAS (Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah). Setelah itu eksekusi anggaran dilakukan yaitu belanja alat
mulitimedia yang sudah dianggarkan. Pembelajaan dilakukan secara online.
Hal ini dilakukan karena harga lebih murah dari pada belanja offline.
b. Bagaimana Anda menentukan dan mempersiapkan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan rencana tersebut? (minimal 70 kata)? Sumber
daya ada 2 macam yaitu sumber daya manusia dan sumber daya keuangan.
Sumber daya manusia tidak menjadi masalah, yaitu wakil kepala sekolah
bidang sarana pra sarana dan guru yang paham mengenai multimedia.
Sumber daya itu semua sudah ada, jadi tidak perlu dipersiapkan secara
khusus, hanya perlu koordinasi saja, yaitu dalam penyusunan RAB (Rencana
Anggaran Biaya) dan menuangkan ke dalam RKAS (Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah). Sumber daya keuangan juga tidak menjadi masalah
karena bisa dibiayai oleh BOS.
c. Apa yang Anda lakukan untuk memastikan keselarasan antara rencana
program kerja dengan sistem maupun proses yang ada (misalnya terkait
anggaran, kebijakan, sumber daya, dan lain-lain) (minimal 70 kata)? Ada pun
yang saya lakukan adalah mengontrol mulai dari penyusunan RAB (Rencana
Anggaran Biaya), menuangkan ke dalam RKAS (Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah), pembelajaan dan mengumpulkan bukti pembelanjaan
untuk laporan penggunaan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Setelah
pembelajaan lengkap maka barang diserahkan ke bendahara barang yang
selanjutnya dicatat sebagai BMD (Barang Milik Daerah). Untuk pengontrolan
ini, saya dibantu oleh wakil kepala sekolah bidang sarana dan pra sarana,
bendahara BOS dan bendahara barang.
d. Bagaimana Anda memantau pelaksanaan program tersebut? Evaluasi apa
yang Anda lakukan? (minimal 50 kata)? Memantau pelaksanaan program
tersebut tentu dengan membuat instrumen cek list (daftar periksa) mulai dari
langkah awal, penyusunan RAB (Rencana Anggaran Biaya), Menuangkan ke
dalam RKAS (Rencana Kegiatan dan Angaran Sekolah), Pembelanjaan barang
secara lengkap sesuai spek, pengumpulan bukti pembelanjaan untuk SPJ
(Surat Pertanggungjawaban), pencatatan barang oleh bendahara barang di
daftar BMD (Barang Milik Daerah)
8. Ceritakan pengalaman Anda mewujudkan lingkungan pembelajaran yang
mengedepankan toleransi dan/atau inklusif
a. Kapan waktu kejadiannya? Situasi apa yang Anda hadapi saat itu? Apa nama
program yang Anda lakukan? Apa yang mendorong Anda
mengimplementasikan program tersebut? (minimal 100 kata)? Sebenarnya
semua program sekolah selalu mengedepankan tolernasi baik layanan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Baiklah saya tuliskan satu program
yang selelu mengedapankn toleransi, yaitu pemilihan pengurus OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah). Calon pengurus OSIS, siapa pun boleh
mendaftar, dari suku apa pun, dari agama apa pun. Kebetulan di sekolah
terdapat berbagai macam suku dan berbagai macam agama. Suku yang ada
adalah suku sasak dan suku bali. Adapun agama yang ada di sekolah saya
adalah agama Islam dan agama Hindu. Semua diperlakukan sama, tidak
membeda-bedakan. Program pemilihan pengurus OSIS diimplementasikan
adalah untuk pembelajaran berorganisasi dan pembelajaran politik sejak dini,
di samping itu untuk membentuk karakter. Saat ini relevan dengan profil
pelajar pancasila.
b. Tantangan atau kesulitan apa yang Anda hadapi saat itu? Bagaimana cara
Anda mengatasinya? (minimal 50 kata)? Tantangan atau kesulitan
sebenarnya tidak ada, karena ini program rutin yang diselenggarakan tiap
tahun yaitu pada bulan September. Namun di masa pandemi ini kesulitan
yang saya hadapi adalah menjaga protokol kesehatan. Kesulitan itu dapat
diatasi dengan memberdayakan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan
pembina OSIS, wali kelas dan dibantu oleh satuan tugas Covid-19
c. Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mendapatkan dukungan dalam
menjalankan program ini? (minimal 50 kata)? Sosialisasi program terutama
kepada wali kelas dan langsung kepada siswa agar ada calon yang mau
mendaftar sebagai pengurus OSIS. Sosialisasi dilakukan secara offline
maupun online lewat media sosial terutama WA Grup siswa. Dukungan utama
adalah dari wali kelas, pembina OSIS dan Wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan. Dukungan itu berupa pra acara (sosialisasi) maupun ketika acara
pemilihan berlangsung.
d. Upaya apa saja yang Anda lakukan untuk mendapatkan dukungan dalam
menjalankan program ini? (minimal 50 kata)? Sosialisasi program terutama
kepada wali kelas dan langsung kepada siswa agar ada calon yang mau
mendaftar sebagai pengurus OSIS. Sosialisasi dilakukan secara offline
maupun online lewat media sosial terutama WA Grup siswa. Dukungan utama
adalah dari wali kelas, pembina OSIS dan Wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan. Dukungan itu berupa pra acara (sosialisasi) maupun ketika acara
pemilihan berlangsung.